NAMA BANGUNAN: Captain's Seafood (restaurant di jalan riau, Bandung)
IDENTIFIKASI MATERIAL KONSTRUKSI :
1. Pasir 2%
2. Batu bata merah 5%
3. Semen 2%
4. WPC 5%
5. Gypsum 2%
6. Keramik 2%
7. Kaca 2%
8. Beton bertulang 80%
PEMBAHASAN MATERIAL :
1. WPC
Pengertian Wood Plastic Composite
Wood Plastic Composite , atau yang sering disebut WPC, secara bahasa dapat
diartikan sebagai komposit kayu-plastik. Komposit bisa diartikan sebagai
campuran, sehingga dapat dikatakan bahwa WPC adalah campuran antara kayu dan
plastik. Sebuah material baru yang tersusun dari elemen kayu dan plastik yang
dilebur menjadi satu dan membentuk sebuah material baru, yaitu WPC. WPC adalah
alternatif pengganti kayu masa kini,
inovasi terbaru teknologi Jepang karena harga kayu semakin meningkat dan dunia
harus menjaga penggunaan kayu.
WPC merupakan gabungan
antara serat selulosa alam seperti serat atau serbuk kayu, sekam padi, batang
tebu dan polimer atau plastik (vinyl) baik
yang masih orsinil ataupun daur ulang. Dengan komposisi serat plastik 50% dan
serbuk kayu 50%, WPC memberikan kekuatan dan keindahan menyerupai kayu dengan
daya tahan dan kelebihan serta keunggulan polimer atau plastik.
WPC terbuat dari kayu-plastik dan
dicampur dengan bahan-bahan seperti:
-
Anti
UV : membuat produk tahan
terhadap panas matahari dan api.
-
Anti
jamur : membuat produk tahan jamur
atau lumut jika terjadi lembab pada saat terkena air dan hujan.
-
Anti
rayap : membuat produk tahan terhadap
serangan serangga, sehingga tidak keropos.
Kegunaan Wood Plastic Composite
Wood Plastic Composite telah banyak digunakan saat ini. Berikut merupakan
beberapa contoh penggunaan Wood Plastic
Composite dalam kehidupan sehari-hari.
a. Bahan bangunan dan konstruksi
WPC digunakan sebagai
bahan bangunan dan kontruksi karena sebagai alternatif pengganti kayu. WPC
memberikan kekuatan dan keindahan menyerupai kayu dengan daya tahan dan
kelebihan serta keunggulan polimer atau plastik. Bangunan dan kontruksi yang
berbahan dasar WPC bukan hanya bangunan di darat saja, melainkan
bangunan-bangunan yang ada di laut juga menggunakan WPC.
|
|
b. Manufaktur WPC komponen struktural
WPC juga digunakan sebagai komponen struktural seperti tumpukan laut,
dermaga rel, hambatan sekat-perlindungan, bagian kereta api dan bekisting untuk
pekerjaan konstruksi.
|
|
c. Bahan furniture dan interior
Selain digunakan sebagai bahan
bangunan dan konstruksi, WPC juga sering digunakan sebagai bahan furniture dan
interior.
|
|
d. Dapat digunakan sebagai lantai,
dinding, pagar, plafon di indoor maupun outdoor
|
|
e. Industri
f. Infrastruktur
Bangunan Berbahan Baku Wood Plastic Composite
Poin sebelumnya telah menguraikan
tentang kegunaan WPC, salah satunya adalah sebagai bahan bangunan dan
konstruksi. Secara umum bangunan-bangunan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu
bangunan darat dan bangunan pantai atau laut.
Beberapa contoh bangunan di darat
yang berbahan baku WPC adalah Rumah, Kantor, hotel, restoran, cafe, dan lain
sebagainya. Sedangkan bangunan di laut yang menggunakan WPC adalah deck
dermaga, interior kapal laut, lantai kapal, jembatan, dan lain sebagainya.
Teknologi dan Proses Pembuatan Wood
Plastic Composite
|
Bahan
inti untuk membuat produk WPC adalah plastik dan kayu. Bahan pertama adalah
plastik. Bahan utama plastic ada dua yaitu bijih pvc murni, produk sampingan
dari pemurnian minyak dan gas alam, dan polietilen yang didapat dari daur ulang
plastik pada hampir semua produk yaitu plastik pembungkus, tas belanja plastik,
soda botol, bahkan film plastic yang ada pada permukaan styrofoam dan digunakan
untuk menanamkan iklan. Plastik daur
ulang ini dibersihkan dan diolah menjadi butiran bijih plastik. Selain itu,
plastik didapat dari bahan plastik yang ditolak perusahaan.
Kayu
adalah komponen utama selain plastic dari WPC. Kayu tersebut sebelumnya
diproses agar berbentuk tepung atau bijih-bijih kayu kecil. Secara teknis,
semua jenis kayu dapat digunakan untuk membuat WPC, tetapi lebih baik digunakan
kayu dari pohon yang berbatang keras dari pada kayu dari pohon berbatang lunak.
Biasanya perusahaan menyuplai serbuk kayu dari sisa pemotongan kayu di pabrik
pembuatan lantai kayu atau pembuat furniture kayu. Sangat jarang ditemukan
perusahaan mengambil langsung kayu dari hutan. Hal ini disebabkan karena
perusahaan menggunakan jenis kayu yang sesuai dengan karakteristik yang
diinginkan dan kayu dipanen pada waktu yang berbeda. Hal ini menyebabkan perusahaan
harus melakukan uji material yang tidak efisien yaitu setiap proses pembuatan
dimulai.
Kemudian
ditambahkan pula zat aditif .zat-zat aditif tersebut mencakup stabilizer (yang
membantu bahan tercampur merata), waxes and lubricants (menolong produk
bergerak dengan lancar melalui extruder) , stiffening agents ( menjaga hasil
akhir tetap kaku sebelum benar-benar keras) , impact modifiers (mengurangi
kerapuhan), blowing agents (mengurangi panas yang disebabkan oleh extruder) dan
pewarna. Pembuatan WPC dapat tidak menggunakan zat aditif , tapi proses
pembuatan akan sulit dan hasil akhir produk memiliki kualitas yang buruk.
Proses pembuatan WPC
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan dan Pencampuran Bahan
|
Tepung
/ bijih kayu yang digunakan dalam pembuatan WPC harus mengandung air dengan
jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan kayu di alam. Maka dari
itu, sebelum dimasukkan ke dalam mesin pencampur kayu akan dipanaskan dan
dikeringkan sampai tidak memiliki kandugan air. Pada saat yang sama, bijih
plastik dipanaskan hingga mencair (yang disebut resin).
Bahan-bahan
tersebut dicampur bersama dengan zat aditif sampai plastik dianggap ditutupi (encapsulated) seluruhnya oleh tepung
kayu. Jika anda membuat produk pvc , tidak ada kayu tepung digunakan , hanya
plastik dan aditif dicampurkan. Bahan untuk lapisan WPC berbeda-beda sesuai
dengan perusahaan. Namun, secara umum bahan pelapis tersebut adalah plastik dan
zat aditif seperti pewarna.
2. Ekstrusi Campuran
|
Campuran
yang telah dipanaskan didorong melalui saluran yang biasanya rangkaian yang
berisi empat sampai delapan pelat logam pemotong. Alat ini berfungsi untuk
membentuk produk menjadi bentuk yang diinginkan. Campuran pelapis diberikan
pada saat saluran terakhir, dimana WPC telah terbentuk. WPC lebih besar ketika
mereka meninggalkan yang saluran. Ekspansi ini dikenal sebagai freefoaming. Saat ini, beberapa produsen
memindahkan produk yang baru diekstrusi segera ke kamar vakum. Hal ini
menyebabkan proses ekspansi freefoam
masih tetap terjadi, menghindari terbentuknya kerak di permukaan dan
melembutkan material. Proses ini digunakan untuk menghasilkan produk yang harus
memenuhi standar yang tinggi.
3. Mendinginkan WPC
|
Produk
yang sudah memiliki bentuk yang benar tetapi masih sangat panas sehingga produk
belum kaku. Kekakuan akan terjadi bila produk sudah dingin. Kebanyakan pabrik
melakukan pendinginan dengan penyemprotan air pada produk saat melewati jalur
produksi, tapi itu hal yang sulit karena satu kesalahan yang terjadi saat
penyemprotan dapat menyebabkan bagian tertentu menembang. Sebagian produsen
mendingin produk dengan udara (secara alami), pengiriman produk melalui
beberapa jalur memutar yang berdekatan sehingga produk dapat mendingin di
perjalanan. Belakangan ini diterapkan pendinginan radial untuk setiap sisi
produk sehingga pendinginan merata. Namun, kegagalan tidak dapat dihindari.
Produk yang gagal akan disiapkan untuk kemudian dicampur ke dalam campuran yang
akan dilelehkan.
4. Penyelesaian, Pemotongan, dan
Penyimpanan
|
Sekarang, produk telah
mendingin sampai titik di mana permukaan produk bisa mendapatkan cetakan akhir
pada permukaannya. Proses mencetak ini menggunakan roda besar yang pada roda
tersebut terdapat cetakan berbentuk serat kayu atau bentuk lain sesuai dengan
karakteristik produk. Pada proses ini produsen menambahkan zat aditif lain,
salah satunya adalah zat aditif yang digunakan untuk menjaga WPC agar tidak
memudar jika terkena sinar matahari langsung. Setelah itu, dilakukan pengecekan
ulang kepada produk untuk memastikan apakah produk sesuai dengan yang
diinginkan, pemotongan produk sesuai dengan panjang yang diinginkan, serta
penumpukan produk untuk dikemas dan disimpan. Namun, sering terjadi masalah
yaitu produk tidak dibiarkan cukup lama untuk mendingin sehingga dibawa dan
diedarkan dalam keadaan masih hangat. Sehingga dapat merubah sifat-sifat
mekanik dari WPC itu sendiri.
Sifat dan Karakteristik Wood Plastic Composite
Seperti yang telah dijelaskan pada
poin-poin sebelumnya, WPC memiliki sifat perpaduan dari kayu dan polimer.
Adapun karakteristik dari WPC adalah sebagai berikut :
1.
Lebih
kaku dan lebih tahan tekan dibanding plastik
2.
Komponen
plastik dapat mencegah absorpsi air atau serangan mikroba sehingga menurunkan
biaya perawatan
3.
Mempunyai
fleksibilitas produk dalam bentuk dan warna
4.
Untuk
berbagai kondisi cuaca dan fluktuasi suhu (-50oC sampai 80oC)
5.
Daya
tahan WPC sekitar 40 tahun sedangkan kayu hanya sekitar 10-15 tahun
6.
Tahan
air dan tahan UV
7.
Fleksibel
dalam proses pembuatannya
8.
Kerapatannya
rendah
9.
Lebih
bersifat biodegradable (dibanding plastik)
10. Memiliki sifat-sifat yang lebih baik
dibandingkan bahan baku asalnya
11. Dapat diaplikasikan untuk berbagai
keperluan
12. Daya tahan yang tinggi terhadap
benturan dan abrasi
Berikut ini merupakan perbandingan
WPC dengan kayu tropis pada umumnya.
Tabel 2.1 Perbandingan WPC dan Kayu Tropis Umum
Property
|
WPC
|
Kayu Tropis umum
|
Penyerapan Air
|
0-1.5%
|
Up to 30%
|
Penarikan Sekrup
|
Bisa
|
Bisa
|
Daya tahan terhadap
jamur
|
Sangat Baik
|
Sedang
|
Daya tahan terhadap
rayap
|
Sangat Baik
|
Tidak
|
Daya tahan thd Bengkok
|
Sangat Baik
|
Sedang
|
Daya tahan Thd Bahan
Kimia
|
Sangat Baik
|
Sedang
|
Sifat Mekanik Wood Plastic Composite
Naiknya
permintaan akan bahan komposit, termasuk wood-plastic (WPC), membuat
perkembangan pada teknologi komposit. Dari perkembangan tersebut salah satu hal
yang harus terpenuhi adalah kekuatan mekanik yang cukup dan ramah
lingkungan.WPC memiliki komposisi dari polimer dan partikel lignocellulose (yaitu serbuk kayu atau
kayu dari pohon). Dibandingkan dengan kayu WPC memiliki karakteristik yang
lebih tinggi mengenai ketahanan terhadap perubahan lingkungan. Hal ini membuat
WPC lebih baik dari pada kayu pada umumnya. Pada uji kekuatan, ukuran dari
partikel kayu pada WPC mempengaruhi sifat mekaniknya. Hal ini dipelajari oleh Stark 1999, Stark dan Rowlands 2003, migneault et al.2008, bouafif et al.2009,
pan et al.2009, gozdecki et al.2011. Mereka telah menunjukkan bahwa
menggunakan partikel kayu yang lebih besar akan memperkuat sifat mekanik dari
WPC.
Faktor
yang paling penting dalam menetukan kekuatan mekanik dari WPC adalah jenis
polimer yang digunakan untuk membuat WPC. Polimer yang sering digunakan di
dunia untuk membuat WPC adalah PP, PVC dan PE. Setiap polimer memberikan sifat
yang berbeda pada WPC. Selain kekuatan mekanik, pemilihan bahan juga biasanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi berupa harga bahan baku.
a. Material dan Metode
Partikel
yang digunakan dalam percobaan uji sifat mekanik inia dalah partikel dengan
ukuran 0.25-4 mm. partikel yang ukurannya kurang dari 0.25 mm dan lebih dari 4
mm disaring dan tidak digunakan. Sebagai bahan pelekat ada 4 macam bahan
polimer yang digunakan yaitu(1) - the
polyethylene PE-LD (density 920 kg/m3), (2) – the polyethylene PE-HD Poliolefins (density 956 kg/m3), (3) - the polypropylene hompopolymer, (density 900 kg/m3), dan (4) - the PVC based. (bulk density 595 kg/m3).
Partikel kayu dicampur dengan rasio 40-60% (kayu/polimer) dengan setiap polimer
masing-masing. Pengujian dilakukan pada ruangan dengan temperature ruangan
(21oC) dan pada keadaan kelembapan konstan (50%).
b. Hasil
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa
kekuatan mekanik dari WPC bergantung pada polimer yang digunakan untuk membuat
WPC tersebut. Saat menganalisis kuat tekan dan kuat tarik didapat bahwa WPC
dengan bahan PVC memiliki kekuatan yang paling tinggi. Pada pengujian modulus
elastisitas juga WPC dengan bahan polimer PVC memiliki modulus elastisitas
tertinggi.
Kekuatan PVC sebagai bahan WPC juga
merupakan yang paling unggul dengan rata rata kekuatan 1.5 sampai 3.8 kali
kekuatan WPC dengan bahan lain. Namun, pada lain hal seperti pada pengujian
gaya impact WPC dengan bahan dasar
polimer PE-HD yang unggul mengalahkan WPC dengan bahan dasar PVC.
|
Permasalahan yang Berhubungan dengan Wood
Plastic Composite
Jika dilihat dari sudut
pandang pembuatan, pemakaian WPC sebagai pengganti kayu dalam memenuhi
kebutuhan bahan konstruksi memang sangat tepat. 90% proses pembuatan WPC merupakan daur ulang dari serbuk kayu yang
dicampur dengan polimer. Walaupun bahan baku pembuatnya merupakan serbuk kayu,
hal ini dapat menjadi masalah besar terhadap lingkungan ketika permintaan pasar
terhadap WPC meningkat. Dengan adanya peningkatan tersebut dapat tidak menutup
kemungkinan penggunaan kayu juga akan cenderung meningkat sehingga dapat
menambah kasus illegal logging
Data dari Konsorsium
untuk Penelitian pada Bahan Industri Terbarukan, sebuah
kemitraan publik-swasta yang berbasis di University
of Washington di Seattle,
menunjukkan bahwa emisi dari pembuatan kayu plastik 45-330% lebih tinggi
daripada produksi redwood, tergantung pada apakah
plastik didaur ulang dan sejauh mana itu dilengkapi dengan bahan kayu . Emisi
yang ditimbulkan juga dapat berasal dari mesin pengolah WPC dan proses yang
digunakan.
Komposit yang berkualitas
tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik di dalam
matriks. Dalam kenyataannya, afinitas antara serbuk kayu dengan plastik sangat
rendah karena kayu bersifat hidrofilik sedangkan plastik bersifat hidrofobik.
Akibatnya komposit yang terbentuk memiliki sifat-sifat pengaliran dan
moldability yang rendah dan pada gilirannya dapat menurunkan kekuatan bahan.
Kekurangan
komposit kayu adalah kandungan air dalam kayu akan mengganggu proses
termoplastik, akan menyebabkan kualitas permukaan yang buruk dan adanya
gelembung ruang kosong. Selain itu, produk WPC memang tahan terhadap serangan jamur, tetapi hal tersebut
perlu diimbangi dengan proses perawatan yang rutin. Lebih jauh, WPC memang
material yang tahan lama namun ia juga memiliki masa rusak. Polimer dan bahan
tambahan lainnya pada WPC sulit untuk didaur ulang setelah digunakan.
Jenis-jenis Wood Plastic Composite
1.
Outdoor Floor
|
Empat tipe WPC diatas
diaplikasikan untuk lantai outdoor, namun pengaplikasian WPC ini juga bisa
digunakan untuk lantai indoor sesuai kebutuhan konsumen. WPC Tipe outdoor
memiliki 2 varian warna, wood dan coffee. Tipe ini sangat
cocok digunakan untuk pinggiran kolam, karena tahan terhadap air, tidak rusak
jika terkena panas, mudah dalam perawatan sehingga dapat menghemat biaya dalam
jangka waktu yang lama.
|
2.
Outdoor Wall & Fencing
|
Tipe WPC ini dominan
digunakan untuk pagar, karena lebih tahan terhadap panas dan tidak cepat rusak
walaupun terkena air. 2 Tipe ini memiliki 2
warna, wood dan coffee. Bentuk dan desain WPC ini membuat pagar
terlihat lebih modern. Sama seperti produk WPC untuk lantai, untuk perawatan
tidak terlalu sulit.
|
3.
Wall & Ceiling
|
Tipe ini digunakan untuk
dinding dan plafon, sangat cocok diaplikasikan untuk Villa, Hotel, ataupun
tempat tinggal pribadi. Plafon ini memiliki 4 variasi bentuk dan desain
sehingga memudahkan konsumen dalam memilih tipe yang sesuai untuk digunakan.
Salah satu keunggulan Plafon ini adalah kedap suara.
|
4.
Accesories
|
Accecories untuk WPC ini terdiri dari JOIST (DUC
J300X & DUC JI300S), plastik clip (DUC
SC304), Staring clip & screw (DUC
SC300L), dll. seperti gambar di atas. Ini digunakan untuk bantalan, dan
sambungan WPC dalam pengaplikasiannya.
2. BETON BERTULANG
Beton bertulang (reinforced concrete)
adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi
bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat
dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggregat
kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa keunggulan dari
beton adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja tulangan sangat baik
untuk menahan gaya tarik dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja
tulangan memungkinkan pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan
kemampuan untuk menahan gaya tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan
secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan aman.
Karena kelebihan yang dimilikinya, maka
penggunaan beton bertulang sebagai bahan struktur utama bangunan sangat
populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan dibandingkan material lain
seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja. Penerapan beton bertulang
pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi
dalam seperti tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok,
plat beton, dan dinding geser (shear wall).
Cara membuat kolom beton
bertulang
•
Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan
untuk menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
•
Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk
mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun
tetap ekonomis.
•
Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi
kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung
bertingkat tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm,
jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
•
Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan
besi yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
•
Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang
telah direncanakan.
•
Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang
akan dibuat.
•
Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat
alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran
beton.
•
Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
•
Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai
dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
•
Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
•
Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan
kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton
K-250, K-300, K-400 dan seterusnya.
Melakukan
pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan
berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas
bekisting.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh beton bertulang jika dibandingkan dengan bahan material lainnya,
beton bertulang juga memiliki masalah yang dapat mengurangi keunggulannya.
Diantara masalah yang sering dijumpai adalah masalah keretakan yang terjadi
pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul pada saat
pra-konstruksi dan pasca konstruksi.
Sebenarnya setiap beton bertulang yang
diaplikasikan pada struktur bangunan pasti akan terjadi retakan, yang harus
dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut dapat ditolerir karena tidak
berbahaya atau retakan tersebut membahayan struktur bangunan secara
keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal,
karena pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang
mempengaruhi beton secara langsung.
Kalau kita lihat dari jenis retakannya,
ada dua jenis keretakan pada beton bertulang yaitu retakan yang terjadi saat
pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah beton selesai dibuat. Dari dua
jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor yang melatarbelakangi
terjadinya retakan tersebut. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya keretakan
pada beton bertulang tersebut? Berikut ini kami uraikan untuk Anda..
Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton
Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang
1. Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton
bertulang yang dapat menimbulkan keretakan kita harus melihat proses dari awal
pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal pembuatan beton bertulang
dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir, air, semen, dan
baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami pengurangan
volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung pada
campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton
bertulang tersebut.
Sehingga apabila dikondisikan pada saat
beton mengalami pengerasan dan akibat dari volume beton berkurang yang akan
menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut dibiarkan untuk
menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan mengalami keretakan.
Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak mengalami
pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang berdiri
sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton
bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan.
Sehingga apabila pada kondisi saat beton
mengalami penyusutan volume kemudian terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak
dapat dihindari.
2. Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat
menyebabkan keretakan pada beton bertulang. Maksud suhu disini adalah suhu
campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada saat campuran beton
bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan
semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu
tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan
beton.
3. Korosi pada tulangan
Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan
yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri, beton diberi tulangan pada
bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan dengan adanya baja
tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan
beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat
diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat pembuatan beton sudah
meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan menyebabkan retakan pada saat
beton mengeras.
4. Proses pembuatan yang kurang baik
Banyak sekali penyebab retak yang terjadi
pada beton bertulang disebabkan oleh proses pembuatan yang kurang baik. Seperti
contoh pada saat beton mengalami perkerasan dimana banyak mengeluarkan air,
maka perlu adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton
tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat
beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.
5. Material yang kurang baik.
Banyak sekali terjadi keretakan pada
struktur beton bertulang diakibatkan karena material penyusunnya yang kurang
baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan adalah aggregat halus atau
pasir yang kurang bersih, masih bercampur dengan lumpur sehingga ikatan antara
PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga ketika beton mengering maka
retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.
6. Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur
beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang tepat. Hal yang paling umum
terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton terlampau besar.
Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut
adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat
lendutan, serta gaya geser.
Jika tebal selimut beton terlampau besar
makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan struktur beton sampai pada
bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar,
dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d
2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung
permukaan beton tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar