Rabu, 09 Desember 2015

praktikum beton pekan 1

[Prakitkum beton pekan ke-1] Kelompok 3 - Menentukan Parameter Agregat - Widyanti Permatasari


Kamis, 27 Oktober 2015 merupakan hari dimana pertama kali dimulainya praktikum beton. Hal yang pertama kali saya dan teman sekelompok saya lakukan adalah menentukan parameter agregat yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan mix design. Menentukan Parameter agregat sangatlah penting karena material penyusun beton yang sangat berpengaruh pada beton itu sendiri. Praktikum pada hari ini terdiri dari beberapa bagian, yaitupemeriksaan berat volume agregat, analisis saringan agregat kasar dan halus, pemeriksaan zat organik dalam agregat halus, pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus, pemeriksaan kadar air agregat, analisis spesific gravity agregat halus dan agregat kasar. 


1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat

Percobaan pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat kasar dan agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus dan agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
o Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh
o Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
o Tingkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
o Mistar pemadat
o Sekop
o Wadah baja yang cukup berbentuk silinder

Prosedur Pengerjaan
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah. Keringkan dengan oven, suhu pada oven (110±5)˚C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji. Setelah 24 jam, keluarkan agregat dari oven dan timbanglah beratnya.

2. Analisis Saringan Agregat Halus

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus, yaitu pasir, sedangkan peralatan yang digunakan adalah

o Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
o Seperangkat sarigan
o Alat pemisah (spittler)
o Mesin penggetar saringan
o Talam-talam
o Kuas, sikat kawat, dan sendok

Prosedur Percobaan
Saring agregat halus pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.

3. Analisis Saringan Agregat Kasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
o Saringan ukuran 25, 19, 9,5, 4,75, 2,38
o Wadah dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang-guncangkan benda uji/air pencuci tidak tumpah
o Oven dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110±5)˚C
o Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
o Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat  Sekop

Prosedur Percobaan:
Saring agregat kasar pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.

4. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahna organik yang melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. Menurut persyaratan agregat halus ini tidak boleh melebihi batas yang diijinkan yang dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%). 

Bahan: agregat halus
Alat:

Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak beraksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
o Standar warna (organik plate)
o Larutan NaOH (350 ml)

Prosedur Percobaan
Masukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, tambahkan larutan NaOH 3% lalu kocok. setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol. Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan dengan warna di organik plate.

5. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.

Bahan: Agregat halus
Alat:
o gelas ukur
o alat pengaduk

Prosedur Percobaan 
Contoh agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur. Lumpur dilarutkan dengan air yang ditambahkan kedalam gelas ukur.  Gelas ukur dikocok agar pasir tercuci dari lumpur. Gelas ukur disimpan pada tempat yang datar dan dibiarkan selama 24 jam. Ukur tinggi pasir (V1)dan tinggi lumpur (V2) .

6. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan

Bahan: Agregat 
Alat:
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
-Oven yg bersuhu sampai 110,5oC
-Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji

Prosedur Percobaan
1. Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
2.      Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.
3.      Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
4.      Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap
5.      Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.      Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4­­- W1

7. Analisis Spesific Gravity Agregat Halus
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravitydan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128.

Alat dan bahan:
o Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
o Piknometer dengan kapasitas 500 gram
o Cetakan kerucut pasir
o Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
o Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah.

Prosedur Percobaan
1.      Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
2.      Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
3.      Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4.      Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,130F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
5.      Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasipada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.

8. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127.

Alat dan bahan:
o Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg
o Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
o Alat penggantung keranjang
o Oven
o Handuk atau kain pel
o Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah. Butiran agregat lolos saringan no 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji

Prosedur Percobaan
1.      Benda uji direndam selama 24 jam
2.      Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggulungkan handuk pada butiran
3.      Hitung berat contoh kondisi SSD = A
4.      Contoh benda uji dimasukkan kekeranjang dan direndam kembali didalam air. Temperature air dijaga (73.4 ± 3)0F, dan kemudian ditimbang, setelah keranjang digoyang-goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = B
5.      Contoh dikeringkan pada temperature (212-130)0F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C


  kegiatan diatas merupakan kegiatan saya dan kelompok saya lakukan saat melaksanakan praktikum beton yang pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar