Kamis, 10 Desember 2015

[Prakitkum beton pekan ke-5] Kelompok 3 - Uji Kuat Tekan Beton 28 hari - Widyanti Permatasari





Pekan ini, saya dan teman sekelompok saya melakukan uji kuat tekan beton (28 hari). Pekan lalu kami sudah menguji kuat tekan beton hari ke-28. Uji kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 hari. Pekan ini merupakan uji kuat tekan beton hari ke-14.. berikut adalah kegiatan kami:

1. Uji Kuat Tekan Beton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.

Prosedur Pengerjaan:
Sebelum di uji, satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari bekisting dan dilapisi dengan oli.
1. ambil benda uji dari tempat perawatan
2. letakkan benda pada mesin tekan secara sentris
3. jalankan mesin uji tekan. tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6 kg/cm3 perdetik.
4. lakukan pembebanan sampai benda hancur. dan catat uji benban maksimum hancur.


kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan kelima.

Praktikum Beton Pekan 4

[Prakitkum beton pekan ke-4] Kelompok 3 - Uji Kuat Tekan Beton 14 hari - Widyanti Permatasari


pekan ini, saya dan teman sekelompok saya melakukan uji kuat tekan beton (14 hari). Pekan lalu kami sudah menguji kuat tekan beton hari ke-7. Uji kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 hari. Pekan ini merupakan uji kuat tekan beton hari ke-14.. berikut adalah kegiatan kami:

1. Uji Kuat Tekan Beton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.

Prosedur Pengerjaan:
Sebelum di uji, satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari bekisting dan dilapisi dengan oli.
1. ambil benda uji dari tempat perawatan
2. letakkan benda pada mesin tekan secara sentris
3. jalankan mesin uji tekan. tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6 kg/cm3 perdetik.
4. lakukan pembebanan sampai benda hancur. dan catat uji benban maksimum hancur.


kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan empat.



Praktikum Beton Pekan 3

[Prakitkum beton pekan ke-3] Kelompok 3 - Uji Kuat Tekan Beton 7 hari dan Uji Kuat Tarik Baja - Widyanti Permatasari


pekan ini, saya dan teman sekelompok saya melakukan uji kuat tekan beton (7hari). Pekan lalu kami sudah membuat beton dengan perhitungan kami sendiri berdasarkan agregat yang telah kami ketahui parameternya. Uji kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 hari. Pekan ini merupakan uji kuat tekan beton hari ke-7. Tidak hanya uji kuat tekan beton, pekan ini kami juga menguji kuat tarik baja. berikut adalah kegiatan kami:

Uji Kuat Tekan Beton Umur 7 Hari
Tujuannya adalah untuk mengetahui kekuatan tekan beton pada umur 7 hari.
Prosedur Pengerjaan
Satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari air dan dikeringkan agar mencapai kondisi SSD. Lalu pada hari pengujian, beton di capping. Lalu, pengujian kuat tekan beton dapat dimulai dengan tahap sebagai berikut:
1. Letakkan beton pada mesin penguji
2. Jalankan mesin uji. Tekanan harus dinaikkan dengan cara berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6kg'cm3 perdetik.
3. Lakukan tahap pembebanan sampai beton hancur. Catat beban maksimum yang dapat ditahan oleh beton tersebut.



Hasil: Rata-rata kuat tekan beton sebesar 11.20 MPa


Uji Kuat Tarik Baja
Tujuan pengerjaan:
1.      Mengetahui cara pengukuran uji tarik langsung.
2.      Mengetahui cara pengoperasian alat uji tarik
3.      Menghitung nilai dari sifat-sifat mekanik baja
Pembacaan tegangan dan regangan dengan menggunakan strain gauge

Alat dan bahan:
1.      Mesin uji Universal Testing Machine (UTM)
2.      Load Cell, berfungsi untuk mengubah beban UTM dari analog menjadi digital.
3. Linear Variable Displacement Tranducer (LVDT), berfungsi untuk mencatat defleksi atau perpanjangan.
4.      Data Logger, berfungsi sebagai alat pencatat data dari Load Cell dan LVDT
5.      Alat ukur jangka sorong dan penggaris
6.      Baja tulangan polos diameter nominal 8, 10, dan 12 mm
7.      Baja tulangan ulir diameter nominal 10, 13, dan 16 mm

Prosedur pengerjaan
11. Siapkan benda uji.
22. Timbang berat dari masing-masing benda uji.
33.  Ukur diameter dan panjang dari masing-masing benda uji.



14. Siapkan alat dan lakukan kalibrasi.
25. Pemasangan benda uji ke mesin UTM (sumbu alat penjepit harus berhimpit dengan sumbu benda uji).
36. Benda uji ditarik hingga putus, selama penarikan grafik akan tergambarkan padaload cell.
47. Setelah benda uji putus, lakukan pengukuran panjang benda uji dan diameternecking.



Selanjutnya, baja tulangan polos diameter nominal 12 mm diuji tarik menggunakan strain gauge


Mesin uji dihubungkan dengan suatu alat yang diberi nama strain gauge. Alat ini akan mengeluarkan kertas jika ditekan tombol print. Pembebanan dilakukan secara konstan. Tekan tombol print setiap baja dikenai pembebanan sebesar 200 kg.

kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan tiga.

Rabu, 09 Desember 2015

Praktikum Beton Pekan 2

[Prakitkum beton pekan ke-2] Kelompok 3 - Trial Mix - Widyanti Permatasari





Pekan ini, saya dan teman sekelompok saya melakukan trial mix. Trial mix dapat dilaksanakan apabila rancangan beton telah jadi. Sebelum memulai praktikum ini, kami merencanakan material-material penyusun beton dengan sedemikian rupa agar terbentuk suatu beton yang utuh menggunakan data dari hasil praktikum pekan lalu. Praktikum dimulai dengan mempersiapkan material-material yang akan digunakan berdasarkan mix design yang telah dibuat.







setelah semua bahan lengkap, kami mulai memasukan semua bahan ke mesin penggiling.




Setelah diaduk secara merata, kelompok kami melakukan pengujian nilai slump. Pertama-tama masukkan campuran tersebut ke dalam tabung kerucut sebanyak 1/3 dari tinggi tabung tersebut. Pukul-pukul campuran itu sebanyak 25 kali agar tidak ada udara di dalamnya. Masukkan lagi campuran ke dalam tabung sampai 2/3 tinggi tabung. Pukul-pukul lagi sebanyak 25 kali. Setelah itu, tuang campuran ke dalam tabung sampai penuh, pukul-pukul dan ratakan campuran.

                                



Setelah campuran beton memenuhi tabung kerucut,angkat tabung kerucut tersebut. ukur perbedaan tinggi campuran dengan tinggi tabung menggunakan mistar.



Jika nilai slump telah memenuhi ketentuan, maka proses dapat dilanjutkan dengan memasukkan campuran ke dalam bekisting sambil mengaduknya dengan alat pengaduk. 



Setelah semua campuran masuk ke dalam bekisting, biarkan campuran tersebut sampai mengering. 24 jam setelah itu, beton dikeluarkan dari bekisting dan di curing.


kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan dua ini.

praktikum beton pekan 1

[Prakitkum beton pekan ke-1] Kelompok 3 - Menentukan Parameter Agregat - Widyanti Permatasari


Kamis, 27 Oktober 2015 merupakan hari dimana pertama kali dimulainya praktikum beton. Hal yang pertama kali saya dan teman sekelompok saya lakukan adalah menentukan parameter agregat yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan mix design. Menentukan Parameter agregat sangatlah penting karena material penyusun beton yang sangat berpengaruh pada beton itu sendiri. Praktikum pada hari ini terdiri dari beberapa bagian, yaitupemeriksaan berat volume agregat, analisis saringan agregat kasar dan halus, pemeriksaan zat organik dalam agregat halus, pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus, pemeriksaan kadar air agregat, analisis spesific gravity agregat halus dan agregat kasar. 


1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat

Percobaan pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat kasar dan agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus dan agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
o Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh
o Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
o Tingkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
o Mistar pemadat
o Sekop
o Wadah baja yang cukup berbentuk silinder

Prosedur Pengerjaan
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah. Keringkan dengan oven, suhu pada oven (110±5)˚C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji. Setelah 24 jam, keluarkan agregat dari oven dan timbanglah beratnya.

2. Analisis Saringan Agregat Halus

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus, yaitu pasir, sedangkan peralatan yang digunakan adalah

o Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
o Seperangkat sarigan
o Alat pemisah (spittler)
o Mesin penggetar saringan
o Talam-talam
o Kuas, sikat kawat, dan sendok

Prosedur Percobaan
Saring agregat halus pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.

3. Analisis Saringan Agregat Kasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
o Saringan ukuran 25, 19, 9,5, 4,75, 2,38
o Wadah dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang-guncangkan benda uji/air pencuci tidak tumpah
o Oven dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110±5)˚C
o Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
o Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat  Sekop

Prosedur Percobaan:
Saring agregat kasar pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.

4. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahna organik yang melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. Menurut persyaratan agregat halus ini tidak boleh melebihi batas yang diijinkan yang dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%). 

Bahan: agregat halus
Alat:

Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak beraksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
o Standar warna (organik plate)
o Larutan NaOH (350 ml)

Prosedur Percobaan
Masukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, tambahkan larutan NaOH 3% lalu kocok. setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol. Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan dengan warna di organik plate.

5. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.

Bahan: Agregat halus
Alat:
o gelas ukur
o alat pengaduk

Prosedur Percobaan 
Contoh agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur. Lumpur dilarutkan dengan air yang ditambahkan kedalam gelas ukur.  Gelas ukur dikocok agar pasir tercuci dari lumpur. Gelas ukur disimpan pada tempat yang datar dan dibiarkan selama 24 jam. Ukur tinggi pasir (V1)dan tinggi lumpur (V2) .

6. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan

Bahan: Agregat 
Alat:
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
-Oven yg bersuhu sampai 110,5oC
-Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji

Prosedur Percobaan
1. Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
2.      Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.
3.      Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
4.      Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap
5.      Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.      Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4­­- W1

7. Analisis Spesific Gravity Agregat Halus
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravitydan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128.

Alat dan bahan:
o Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
o Piknometer dengan kapasitas 500 gram
o Cetakan kerucut pasir
o Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
o Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah.

Prosedur Percobaan
1.      Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
2.      Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
3.      Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4.      Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,130F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
5.      Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasipada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.

8. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127.

Alat dan bahan:
o Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg
o Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
o Alat penggantung keranjang
o Oven
o Handuk atau kain pel
o Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah. Butiran agregat lolos saringan no 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji

Prosedur Percobaan
1.      Benda uji direndam selama 24 jam
2.      Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggulungkan handuk pada butiran
3.      Hitung berat contoh kondisi SSD = A
4.      Contoh benda uji dimasukkan kekeranjang dan direndam kembali didalam air. Temperature air dijaga (73.4 ± 3)0F, dan kemudian ditimbang, setelah keranjang digoyang-goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = B
5.      Contoh dikeringkan pada temperature (212-130)0F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C


  kegiatan diatas merupakan kegiatan saya dan kelompok saya lakukan saat melaksanakan praktikum beton yang pertama.

Minggu, 08 November 2015

MENGIDENTIFIKASI SEBUAH BANGUNAN



NAMA BANGUNAN: Captain's Seafood (restaurant di jalan riau, Bandung)

IDENTIFIKASI MATERIAL KONSTRUKSI :
1.     Pasir 2%
2.     Batu bata merah 5%
3.     Semen 2%
4.     WPC 5%
5.     Gypsum 2%
6.     Keramik 2%
7.     Kaca 2%
8.     Beton bertulang 80%


PEMBAHASAN MATERIAL :
1.     WPC
Pengertian Wood Plastic Composite
Wood Plastic Composite , atau yang sering disebut WPC, secara bahasa dapat diartikan sebagai komposit kayu-plastik. Komposit bisa diartikan sebagai campuran, sehingga dapat dikatakan bahwa WPC adalah campuran antara kayu dan plastik. Sebuah material baru yang tersusun dari elemen kayu dan plastik yang dilebur menjadi satu dan membentuk sebuah material baru, yaitu WPC. WPC adalah alternatif  pengganti kayu masa kini, inovasi terbaru teknologi Jepang karena harga kayu semakin meningkat dan dunia harus menjaga penggunaan kayu.
WPC merupakan gabungan antara serat selulosa alam seperti serat atau serbuk kayu, sekam padi, batang tebu dan polimer atau plastik (vinyl) baik yang masih orsinil ataupun daur ulang. Dengan komposisi serat plastik 50% dan serbuk kayu 50%, WPC memberikan kekuatan dan keindahan menyerupai kayu dengan daya tahan dan kelebihan serta keunggulan polimer atau plastik.
WPC terbuat dari kayu-plastik dan dicampur dengan bahan-bahan seperti:
-       Anti UV           : membuat produk tahan terhadap panas matahari dan api.
-       Anti jamur     : membuat produk tahan jamur atau lumut jika terjadi lembab pada saat terkena air dan hujan.
-       Anti rayap      : membuat produk tahan terhadap serangan serangga, sehingga tidak keropos.
Kegunaan Wood Plastic Composite
Wood Plastic Composite telah banyak digunakan saat ini. Berikut merupakan beberapa contoh penggunaan Wood Plastic Composite dalam kehidupan sehari-hari.
a.    Bahan bangunan dan konstruksi
WPC digunakan sebagai bahan bangunan dan kontruksi karena sebagai alternatif pengganti kayu. WPC memberikan kekuatan dan keindahan menyerupai kayu dengan daya tahan dan kelebihan serta keunggulan polimer atau plastik. Bangunan dan kontruksi yang berbahan dasar WPC bukan hanya bangunan di darat saja, melainkan bangunan-bangunan yang ada di laut juga menggunakan WPC.
Description: C:\Users\ACER Z1401\Downloads\GAMBAR\awesome-composite-wood-flooring-2-wood-plastic-composite-450-x-300.jpg
Gambar 2.1 Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
 




Description: https://media.licdn.com/media/p/8/000/1e7/1a0/15ad0d1.png
Gambar 2.2 Wood Plastic Composite sebagai bahan bangunan dan konstruksi
Sumber : Google image
 
 



b.    Manufaktur WPC komponen struktural
WPC juga digunakan sebagai komponen struktural seperti tumpukan laut, dermaga rel, hambatan sekat-perlindungan, bagian kereta api dan bekisting untuk pekerjaan konstruksi.

Description: C:\Users\ACER Z1401\Downloads\GAMBAR\wood_plastic_composite_flooring_ship_deck.jpg
Gambar 2.3 Wood Plastic Composite sebagai deck dermaga
Sumber : Google image
 
 





Description: C:\Users\ACER Z1401\Downloads\GAMBAR\modern-building-materials-wood-plastic-composite-Concrete.jpg
Gambar 2.4 Wood Plastic Composite sebagai bekisting pada konstruksi
Sumber : Google image
 
 




c.     Bahan furniture dan interior
Selain digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi, WPC juga sering digunakan sebagai bahan furniture dan interior.

Description: C:\Users\ACER Z1401\Downloads\GAMBAR\wood-plastic-bench1.jpg
Gambar 2.5 Furniture berbahan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
 




Description: C:\Users\ACER Z1401\Downloads\GAMBAR\Wood_Plastic_Composite_Interior_decorative_ceiling.jpg
Gambar 2.6 Interior dari Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
 





d.    Dapat digunakan sebagai lantai, dinding, pagar, plafon di indoor maupun outdoor

Description: C:\Users\ACER Z1401\Downloads\GAMBAR\Perum-Pantai-Indah-Kapuk-1.jpg
Gambar 2.7 Pagar berbahan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
 




Gambar 2.8 Dinding berbahan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
 




e.    Industri
f.      Infrastruktur
Bangunan Berbahan Baku Wood Plastic Composite
Poin sebelumnya telah menguraikan tentang kegunaan WPC, salah satunya adalah sebagai bahan bangunan dan konstruksi. Secara umum bangunan-bangunan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu bangunan darat dan bangunan pantai atau laut.
Beberapa contoh bangunan di darat yang berbahan baku WPC adalah Rumah, Kantor, hotel, restoran, cafe, dan lain sebagainya. Sedangkan bangunan di laut yang menggunakan WPC adalah deck dermaga, interior kapal laut, lantai kapal, jembatan, dan lain sebagainya.
Teknologi dan Proses Pembuatan Wood Plastic Composite
Description: D:\PTN\TINGKAT 2\Bahan Bangunan Laut\WPC\download.jpg
Gambar 2.9 Proses pembuatan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
 




Bahan inti untuk membuat produk WPC adalah plastik dan kayu. Bahan pertama adalah plastik. Bahan utama plastic ada dua yaitu bijih pvc murni, produk sampingan dari pemurnian minyak dan gas alam, dan polietilen yang didapat dari daur ulang plastik pada hampir semua produk yaitu plastik pembungkus, tas belanja plastik, soda botol, bahkan film plastic yang ada pada permukaan styrofoam dan digunakan untuk menanamkan  iklan. Plastik daur ulang ini dibersihkan dan diolah menjadi butiran bijih plastik. Selain itu, plastik didapat dari bahan plastik yang ditolak perusahaan.
Kayu adalah komponen utama selain plastic dari WPC. Kayu tersebut sebelumnya diproses agar berbentuk tepung atau bijih-bijih kayu kecil. Secara teknis, semua jenis kayu dapat digunakan untuk membuat WPC, tetapi lebih baik digunakan kayu dari pohon yang berbatang keras dari pada kayu dari pohon berbatang lunak. Biasanya perusahaan menyuplai serbuk kayu dari sisa pemotongan kayu di pabrik pembuatan lantai kayu atau pembuat furniture kayu. Sangat jarang ditemukan perusahaan mengambil langsung kayu dari hutan. Hal ini disebabkan karena perusahaan menggunakan jenis kayu yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan dan kayu dipanen pada waktu yang berbeda. Hal ini menyebabkan perusahaan harus melakukan uji material yang tidak efisien yaitu setiap proses pembuatan dimulai.
Kemudian ditambahkan pula zat aditif .zat-zat aditif tersebut mencakup stabilizer (yang membantu bahan tercampur merata), waxes and lubricants (menolong produk bergerak dengan lancar melalui extruder) , stiffening agents ( menjaga hasil akhir tetap kaku sebelum benar-benar keras) , impact modifiers (mengurangi kerapuhan), blowing agents (mengurangi panas yang disebabkan oleh extruder) dan pewarna. Pembuatan WPC dapat tidak menggunakan zat aditif , tapi proses pembuatan akan sulit dan hasil akhir produk memiliki kualitas yang buruk.
Proses pembuatan WPC adalah sebagai berikut :
1.     Persiapan dan Pencampuran Bahan
Gambar 2.10 Tahap 1 dalam proses pembuatan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
Description: http://cdnassets.hw.net/dims4/GG/c03fc52/2147483647/resize/300x%3E/quality/90/?url=http%3A%2F%2Fcdnassets.hw.net%2F76%2F1e%2F795f0cb34915b80dd07dbe49e3b9%2Ftmpb28-2etmp-tcm71-924400.jpg


Tepung / bijih kayu yang digunakan dalam pembuatan WPC harus mengandung air dengan jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan kayu di alam. Maka dari itu, sebelum dimasukkan ke dalam mesin pencampur kayu akan dipanaskan dan dikeringkan sampai tidak memiliki kandugan air. Pada saat yang sama, bijih plastik dipanaskan hingga mencair (yang disebut resin).
Bahan-bahan tersebut dicampur bersama dengan zat aditif sampai plastik dianggap ditutupi (encapsulated) seluruhnya oleh tepung kayu. Jika anda membuat produk pvc , tidak ada kayu tepung digunakan , hanya plastik dan aditif dicampurkan. Bahan untuk lapisan WPC berbeda-beda sesuai dengan perusahaan. Namun, secara umum bahan pelapis tersebut adalah plastik dan zat aditif seperti pewarna.
2.     Ekstrusi Campuran
Gambar 2.11 Tahap 2 dalam proses pembuatan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
Description: http://cdnassets.hw.net/dims4/GG/fc84ba5/2147483647/resize/300x%3E/quality/90/?url=http%3A%2F%2Fcdnassets.hw.net%2F4d%2Fb2%2F922226fa4403b2bceeadd9c3cd1d%2Ftmpb29-2etmp-tcm71-924401.jpg



Campuran yang telah dipanaskan didorong melalui saluran yang biasanya rangkaian yang berisi empat sampai delapan pelat logam pemotong. Alat ini berfungsi untuk membentuk produk menjadi bentuk yang diinginkan. Campuran pelapis diberikan pada saat saluran terakhir, dimana WPC telah terbentuk. WPC lebih besar ketika mereka meninggalkan yang saluran. Ekspansi ini dikenal sebagai freefoaming. Saat ini, beberapa produsen memindahkan produk yang baru diekstrusi segera ke kamar vakum. Hal ini menyebabkan proses ekspansi freefoam masih tetap terjadi, menghindari terbentuknya kerak di permukaan dan melembutkan material. Proses ini digunakan untuk menghasilkan produk yang harus memenuhi standar yang tinggi.
3.     Mendinginkan WPC
Gambar 2.12 Tahap 3 dalam proses pembuatan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
Description: http://cdnassets.hw.net/dims4/GG/29235bf/2147483647/resize/300x%3E/quality/90/?url=http%3A%2F%2Fcdnassets.hw.net%2Fd4%2F1c%2Ff295fb864e50b8e2596fa495663c%2Ftmpb2a-2etmp-tcm71-924402.jpg



Produk yang sudah memiliki bentuk yang benar tetapi masih sangat panas sehingga produk belum kaku. Kekakuan akan terjadi bila produk sudah dingin. Kebanyakan pabrik melakukan pendinginan dengan penyemprotan air pada produk saat melewati jalur produksi, tapi itu hal yang sulit karena satu kesalahan yang terjadi saat penyemprotan dapat menyebabkan bagian tertentu menembang. Sebagian produsen mendingin produk dengan udara (secara alami), pengiriman produk melalui beberapa jalur memutar yang berdekatan sehingga produk dapat mendingin di perjalanan. Belakangan ini diterapkan pendinginan radial untuk setiap sisi produk sehingga pendinginan merata. Namun, kegagalan tidak dapat dihindari. Produk yang gagal akan disiapkan untuk kemudian dicampur ke dalam campuran yang akan dilelehkan.


4.     Penyelesaian, Pemotongan, dan Penyimpanan
Gambar 2.13 Tahap 4 dalam proses pembuatan Wood Plastic Composite
Sumber : Google image
 
Description: http://cdnassets.hw.net/dims4/GG/1e94da7/2147483647/resize/300x%3E/quality/90/?url=http%3A%2F%2Fcdnassets.hw.net%2F87%2Fe6%2F1779b66147bfa7d42dfc984e8b5c%2Ftmpb2b-2etmp-tcm71-924403.jpg


Sekarang, produk telah mendingin sampai titik di mana permukaan produk bisa mendapatkan cetakan akhir pada permukaannya. Proses mencetak ini menggunakan roda besar yang pada roda tersebut terdapat cetakan berbentuk serat kayu atau bentuk lain sesuai dengan karakteristik produk. Pada proses ini produsen menambahkan zat aditif lain, salah satunya adalah zat aditif yang digunakan untuk menjaga WPC agar tidak memudar jika terkena sinar matahari langsung. Setelah itu, dilakukan pengecekan ulang kepada produk untuk memastikan apakah produk sesuai dengan yang diinginkan, pemotongan produk sesuai dengan panjang yang diinginkan, serta penumpukan produk untuk dikemas dan disimpan. Namun, sering terjadi masalah yaitu produk tidak dibiarkan cukup lama untuk mendingin sehingga dibawa dan diedarkan dalam keadaan masih hangat. Sehingga dapat merubah sifat-sifat mekanik dari WPC itu sendiri.

Sifat dan Karakteristik Wood Plastic Composite
Seperti yang telah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya, WPC memiliki sifat perpaduan dari kayu dan polimer. Adapun karakteristik dari WPC adalah sebagai berikut :
1.     Lebih kaku dan lebih tahan tekan dibanding plastik
2.     Komponen plastik dapat mencegah absorpsi air atau serangan mikroba sehingga menurunkan biaya perawatan
3.     Mempunyai fleksibilitas produk dalam bentuk dan warna
4.     Untuk berbagai kondisi cuaca dan fluktuasi suhu (-50oC sampai 80oC)
5.     Daya tahan WPC sekitar 40 tahun sedangkan kayu hanya sekitar 10-15 tahun
6.     Tahan air dan tahan UV
7.     Fleksibel dalam proses pembuatannya
8.     Kerapatannya rendah
9.     Lebih bersifat biodegradable (dibanding plastik)
10.  Memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya
11.  Dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan
12.  Daya tahan yang tinggi terhadap benturan dan abrasi
Berikut ini merupakan perbandingan WPC dengan kayu tropis pada umumnya.
Tabel 2.1 Perbandingan WPC dan Kayu Tropis Umum
Property
WPC
Kayu Tropis umum
Penyerapan Air
0-1.5%
Up to 30%
Penarikan Sekrup
Bisa
Bisa
Daya tahan terhadap jamur
Sangat Baik
Sedang
Daya tahan terhadap rayap
Sangat Baik
Tidak
Daya tahan thd Bengkok
Sangat Baik
Sedang
Daya tahan Thd Bahan Kimia
Sangat Baik
Sedang


Sifat Mekanik Wood Plastic Composite
Naiknya permintaan akan bahan komposit, termasuk wood-plastic (WPC), membuat perkembangan pada teknologi komposit. Dari perkembangan tersebut salah satu hal yang harus terpenuhi adalah kekuatan mekanik yang cukup dan ramah lingkungan.WPC memiliki komposisi dari polimer dan partikel lignocellulose (yaitu serbuk kayu atau kayu dari pohon). Dibandingkan dengan kayu WPC memiliki karakteristik yang lebih tinggi mengenai ketahanan terhadap perubahan lingkungan. Hal ini membuat WPC lebih baik dari pada kayu pada umumnya. Pada uji kekuatan, ukuran dari partikel kayu pada WPC mempengaruhi sifat mekaniknya. Hal ini dipelajari oleh Stark 1999, Stark dan Rowlands 2003, migneault et al.2008, bouafif et al.2009, pan et al.2009, gozdecki et al.2011. Mereka telah menunjukkan bahwa menggunakan partikel kayu yang lebih besar akan memperkuat sifat mekanik dari WPC.
Faktor yang paling penting dalam menetukan kekuatan mekanik dari WPC adalah jenis polimer yang digunakan untuk membuat WPC. Polimer yang sering digunakan di dunia untuk membuat WPC adalah PP, PVC dan PE. Setiap polimer memberikan sifat yang berbeda pada WPC. Selain kekuatan mekanik, pemilihan bahan juga biasanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi berupa harga bahan baku.
a.    Material dan Metode
Partikel yang digunakan dalam percobaan uji sifat mekanik inia dalah partikel dengan ukuran 0.25-4 mm. partikel yang ukurannya kurang dari 0.25 mm dan lebih dari 4 mm disaring dan tidak digunakan. Sebagai bahan pelekat ada 4 macam bahan polimer yang digunakan yaitu(1) - the polyethylene PE-LD (density 920 kg/m3), (2) – the polyethylene PE-HD Poliolefins (density 956 kg/m3), (3) - the polypropylene hompopolymer, (density 900 kg/m3), dan (4) - the PVC based. (bulk density 595 kg/m3). Partikel kayu dicampur dengan rasio 40-60% (kayu/polimer) dengan setiap polimer masing-masing. Pengujian dilakukan pada ruangan dengan temperature ruangan (21oC) dan pada keadaan kelembapan konstan (50%).
b.    Hasil
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kekuatan mekanik dari WPC bergantung pada polimer yang digunakan untuk membuat WPC tersebut. Saat menganalisis kuat tekan dan kuat tarik didapat bahwa WPC dengan bahan PVC memiliki kekuatan yang paling tinggi. Pada pengujian modulus elastisitas juga WPC dengan bahan polimer PVC memiliki modulus elastisitas tertinggi.
Kekuatan PVC sebagai bahan WPC juga merupakan yang paling unggul dengan rata rata kekuatan 1.5 sampai 3.8 kali kekuatan WPC dengan bahan lain. Namun, pada lain hal seperti pada pengujian gaya impact WPC dengan bahan dasar polimer PE-HD yang unggul mengalahkan WPC dengan bahan dasar PVC.
Description: D:\PTN\TINGKAT 2\Bahan Bangunan Laut\WPC\Screenshot (5).png
Description: D:\PTN\TINGKAT 2\Bahan Bangunan Laut\WPC\Screenshot (6).png

Grafik a-e Hasil dari percobaan uji kekuatan mekanik WPC
Sumber : Annals of Warsaw University of Life Sciences – SGGW
Forestry and Wood Technology No 74, 2011: 82-85
(Ann. WULS-SGGW, Forestry and Wood Technology 74, 2011
 
Description: D:\PTN\TINGKAT 2\Bahan Bangunan Laut\WPC\Screenshot (7).png


Permasalahan yang Berhubungan dengan Wood Plastic Composite
Jika dilihat dari sudut pandang pembuatan, pemakaian WPC sebagai pengganti kayu dalam memenuhi kebutuhan bahan konstruksi memang sangat tepat. 90% proses pembuatan WPC  merupakan daur ulang dari serbuk kayu yang dicampur dengan polimer. Walaupun bahan baku pembuatnya merupakan serbuk kayu, hal ini dapat menjadi masalah besar terhadap lingkungan ketika permintaan pasar terhadap WPC meningkat. Dengan adanya peningkatan tersebut dapat tidak menutup kemungkinan penggunaan kayu juga akan cenderung meningkat sehingga dapat menambah kasus illegal logging
            Data dari Konsorsium untuk Penelitian pada Bahan Industri Terbarukan, sebuah kemitraan publik-swasta yang berbasis di University of Washington di Seattle, menunjukkan bahwa emisi dari pembuatan kayu plastik 45-330% lebih tinggi daripada produksi redwood, tergantung pada apakah plastik didaur ulang dan sejauh mana itu dilengkapi dengan bahan kayu . Emisi yang ditimbulkan juga dapat berasal dari mesin pengolah WPC dan proses yang digunakan.
Komposit yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai bila serbuk kayu terdistribusi dengan baik di dalam matriks. Dalam kenyataannya, afinitas antara serbuk kayu dengan plastik sangat rendah karena kayu bersifat hidrofilik sedangkan plastik bersifat hidrofobik. Akibatnya komposit yang terbentuk memiliki sifat-sifat pengaliran dan moldability yang rendah dan pada gilirannya dapat menurunkan kekuatan bahan.
Kekurangan komposit kayu adalah kandungan air dalam kayu akan mengganggu proses termoplastik, akan menyebabkan kualitas permukaan yang buruk dan adanya gelembung ruang kosong. Selain itu, produk WPC memang tahan terhadap serangan jamur, tetapi hal tersebut perlu diimbangi dengan proses perawatan yang rutin. Lebih jauh, WPC memang material yang tahan lama namun ia juga memiliki masa rusak. Polimer dan bahan tambahan lainnya pada WPC sulit untuk didaur ulang setelah digunakan.

Jenis-jenis Wood Plastic Composite
1.     Outdoor Floor
Description: DUC F1525SDUC F1525S
Description: DUC F1525HDUC F1525H
Description: DUC F3030DDUC F3030D
Description: DUC F3030DSDUC F3030DS
Description: Foto1771
Description: Foto1770

Gambar 2.14 Jenis Wood Plastic Composite untuk outdoor floor
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 
 



Empat tipe WPC diatas diaplikasikan untuk lantai outdoor, namun pengaplikasian WPC ini juga bisa digunakan untuk lantai indoor sesuai kebutuhan konsumen. WPC Tipe outdoor memiliki 2 varian warna, wood dan coffee. Tipe ini sangat cocok digunakan untuk pinggiran kolam, karena tahan terhadap air, tidak rusak jika terkena panas, mudah dalam perawatan sehingga dapat menghemat biaya dalam jangka waktu yang lama.
Gambar 2.15 Aplikasi jenis Wood Plastic Composite untuk outdoor floor
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 
Description: Tanjung-Duren W Description: DIY-1 Description: Perum_Puri-Mansion

2.     Outdoor Wall & Fencing
Description: DUC W1510SDUC W1510S
Description: DUC W14513HDUC W14513H
Description: IMG_20141010_084924_1DUC W1515H

Gambar 2.16 Jenis Wood Plastic Composite untuk outdoor wall and fencing
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 
 



Tipe WPC ini dominan digunakan untuk pagar, karena lebih tahan terhadap panas dan tidak cepat rusak walaupun terkena air. 2 Tipe ini memiliki 2 warna, wood dan coffee. Bentuk dan desain WPC ini membuat pagar terlihat lebih modern. Sama seperti produk WPC untuk lantai, untuk perawatan tidak terlalu sulit.
Gambar 2.17 Aplikasi jenis Wood Plastic Composite untuk outdoor wall and fencing
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 

Description: Perum-Pantai-Indah-Kapuk-1 Description: Perum_Pantai-Indah-Kapuk-1










3.     Wall & Ceiling
Description: DUC WI15410DUC WI15410
Description: DUC WI15810SPDUC WI15810SP
Description: DUC WI19216DUC WI19216
Description: DUC WI206158DUC WI206158
Gambar 2.18 Jenis Wood Plastic Composite untuk outdoor wall and ceiling
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 
 


Tipe ini digunakan untuk dinding dan plafon, sangat cocok diaplikasikan untuk Villa, Hotel, ataupun tempat tinggal pribadi. Plafon ini memiliki 4 variasi bentuk dan desain sehingga memudahkan konsumen dalam memilih tipe yang sesuai untuk digunakan. Salah satu keunggulan Plafon ini adalah kedap suara.
Gambar 2.19 Aplikasi jenis Wood Plastic Composite untuk outdoor wall and ceiling
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 

Description: Gajah-Mada Description: Karawaci-1 plafon Description: Sunter





4.     Accesories
Description: DUC J300XDUC J300X
Description: DUC JI300SDUC JI300S
Description: DUC FB9040DUC FB9040
Description: DUC 1135HDUC 1135H
Description: DUC 554LDUC 554L
Description: DUC ST4028DUC ST4028
Description: DUC SC300LDUC SC300L
Description: DUC SC304DUC SC304
Gambar 2.20 Jenis Wood Plastic Composite untuk accecories
Sumber : http://www.dutaunion.com/wood-plastic-composite-wpc/
 
 


Accecories untuk WPC ini terdiri dari JOIST (DUC J300X & DUC JI300S), plastik clip (DUC SC304), Staring clip & screw (DUC SC300L), dll. seperti gambar di atas. Ini digunakan untuk bantalan, dan sambungan WPC dalam pengaplikasiannya.



2.     BETON BERTULANG
Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kita tahu bahwa keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi, sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan memungkinkan pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru dengan kemampuan untuk menahan gaya tekan, tarik, dan geser sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan aman.

Karena kelebihan yang dimilikinya, maka penggunaan beton bertulang sebagai bahan struktur utama bangunan sangat populer. Beton bertulang lebih menjadi pilihan dibandingkan material lain seperti bambu, kayu, beton konvensional atau baja. Penerapan beton bertulang pada struktur bangunan biasanya dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti tiang pancang, bored pile), balok ikat (sloof), kolom, balok, plat beton, dan dinding geser (shear wall).

Cara membuat kolom beton bertulang
                Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
                Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.
                Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi  kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
                Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
                Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
                Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
                Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
                Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
                Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
                Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
                Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan seterusnya.
Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.
Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton bertulang jika dibandingkan dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga memiliki masalah yang dapat mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang sering dijumpai adalah masalah keretakan yang terjadi pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat timbul pada saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi.


Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur bangunan pasti akan terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah retakan tersebut dapat ditolerir karena tidak berbahaya atau retakan tersebut membahayan struktur bangunan secara keseluruhan. Keretakan pada beton bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal, karena pengaruh dari sifat beton itu sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara langsung.

Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada beton bertulang yaitu retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang terjadi setelah beton selesai dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya retakan tersebut. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya keretakan pada beton bertulang tersebut? Berikut ini kami uraikan untuk Anda..

Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang

1. Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan keretakan kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat awal pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil, pasir, air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton bertulang tersebut.

Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan.

Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.

2. Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang. Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.

3. Korosi pada tulangan
Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri, beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga diharapkan dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil sehingga retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat pembuatan beton sudah meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.

4. Proses pembuatan yang kurang baik
Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh proses pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada saat beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.

5. Material yang kurang baik.
Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena material penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering ditemukan adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga ketika beton mengering maka retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.

6. Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang kurang tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai permukaan beton terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat lendutan, serta gaya geser.

Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung permukaan beton tersebut.