Menampilkan artikel-artikel tentang infrastruktur khususnya di laut. Semoga membantu :)
Kamis, 10 Desember 2015
Praktikum Beton Pekan 4
[Prakitkum beton pekan ke-4] Kelompok 3 - Uji Kuat Tekan Beton 14 hari - Widyanti Permatasari
pekan ini, saya dan teman sekelompok saya melakukan uji kuat tekan beton (14 hari). Pekan lalu kami sudah menguji kuat tekan beton hari ke-7. Uji kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 hari. Pekan ini merupakan uji kuat tekan beton hari ke-14.. berikut adalah kegiatan kami:
1. Uji Kuat Tekan Beton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.
Prosedur Pengerjaan:
Sebelum di uji, satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari bekisting dan dilapisi dengan oli.
1. ambil benda uji dari tempat perawatan
2. letakkan benda pada mesin tekan secara sentris
3. jalankan mesin uji tekan. tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6 kg/cm3 perdetik.
4. lakukan pembebanan sampai benda hancur. dan catat uji benban maksimum hancur.
kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan empat.
Praktikum Beton Pekan 3
[Prakitkum beton pekan ke-3] Kelompok 3 - Uji Kuat Tekan Beton 7 hari dan Uji Kuat Tarik Baja - Widyanti Permatasari
pekan ini, saya dan teman sekelompok saya melakukan uji kuat tekan beton (7hari). Pekan lalu kami sudah membuat beton dengan perhitungan kami sendiri berdasarkan agregat yang telah kami ketahui parameternya. Uji kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28 hari. Pekan ini merupakan uji kuat tekan beton hari ke-7. Tidak hanya uji kuat tekan beton, pekan ini kami juga menguji kuat tarik baja. berikut adalah kegiatan kami:
Uji Kuat Tekan Beton Umur 7 Hari
Tujuannya adalah untuk mengetahui kekuatan tekan beton pada umur 7 hari.
Prosedur Pengerjaan
Satu hari sebelumnya, beton dikeluarkan dari air dan dikeringkan agar mencapai kondisi SSD. Lalu pada hari pengujian, beton di capping. Lalu, pengujian kuat tekan beton dapat dimulai dengan tahap sebagai berikut:
1. Letakkan beton pada mesin penguji
2. Jalankan mesin uji. Tekanan harus dinaikkan dengan cara berangsur-angsur dengan kecepatan antara 4kg/cm3 sampai 6kg'cm3 perdetik.
3. Lakukan tahap pembebanan sampai beton hancur. Catat beban maksimum yang dapat ditahan oleh beton tersebut.
Hasil: Rata-rata kuat tekan beton sebesar 11.20 MPa
Uji Kuat Tarik Baja
Tujuan pengerjaan:
1. Mengetahui cara pengukuran uji tarik langsung.
2. Mengetahui cara pengoperasian alat uji tarik
3. Menghitung nilai dari sifat-sifat mekanik baja
Pembacaan tegangan dan regangan dengan menggunakan strain gauge
Alat dan bahan:
1. Mesin uji Universal Testing Machine (UTM)
2. Load Cell, berfungsi untuk mengubah beban UTM dari analog menjadi digital.
3. Linear Variable Displacement Tranducer (LVDT), berfungsi untuk mencatat defleksi atau perpanjangan.
4. Data Logger, berfungsi sebagai alat pencatat data dari Load Cell dan LVDT
5. Alat ukur jangka sorong dan penggaris
6. Baja tulangan polos diameter nominal 8, 10, dan 12 mm
7. Baja tulangan ulir diameter nominal 10, 13, dan 16 mm
Prosedur pengerjaan
11. Siapkan benda uji.
22. Timbang berat dari masing-masing benda uji.
33. Ukur diameter dan panjang dari masing-masing benda uji.
14. Siapkan alat dan lakukan kalibrasi.
25. Pemasangan benda uji ke mesin UTM (sumbu alat penjepit harus berhimpit dengan sumbu benda uji).
36. Benda uji ditarik hingga putus, selama penarikan grafik akan tergambarkan padaload cell.
47. Setelah benda uji putus, lakukan pengukuran panjang benda uji dan diameternecking.
Selanjutnya, baja tulangan polos diameter nominal 12 mm diuji tarik menggunakan strain gauge
Mesin uji dihubungkan dengan suatu alat yang diberi nama strain gauge. Alat ini akan mengeluarkan kertas jika ditekan tombol print. Pembebanan dilakukan secara konstan. Tekan tombol print setiap baja dikenai pembebanan sebesar 200 kg.
kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan tiga.
Rabu, 09 Desember 2015
Praktikum Beton Pekan 2
[Prakitkum beton pekan ke-2] Kelompok 3 - Trial Mix - Widyanti Permatasari
setelah semua bahan lengkap, kami mulai memasukan semua bahan ke mesin penggiling.
Setelah diaduk secara merata, kelompok kami melakukan pengujian nilai slump. Pertama-tama masukkan campuran tersebut ke dalam tabung kerucut sebanyak 1/3 dari tinggi tabung tersebut. Pukul-pukul campuran itu sebanyak 25 kali agar tidak ada udara di dalamnya. Masukkan lagi campuran ke dalam tabung sampai 2/3 tinggi tabung. Pukul-pukul lagi sebanyak 25 kali. Setelah itu, tuang campuran ke dalam tabung sampai penuh, pukul-pukul dan ratakan campuran.
Setelah campuran beton memenuhi tabung kerucut,angkat tabung kerucut tersebut. ukur perbedaan tinggi campuran dengan tinggi tabung menggunakan mistar.
Jika nilai slump telah memenuhi ketentuan, maka proses dapat dilanjutkan dengan memasukkan campuran ke dalam bekisting sambil mengaduknya dengan alat pengaduk.
Setelah semua campuran masuk ke dalam bekisting, biarkan campuran tersebut sampai mengering. 24 jam setelah itu, beton dikeluarkan dari bekisting dan di curing.
kegiatan diatas merupakan kegiatan kami dalam melaksanakan praktikum pekan dua ini.
praktikum beton pekan 1
[Prakitkum beton pekan ke-1] Kelompok 3 - Menentukan Parameter Agregat - Widyanti Permatasari
1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Percobaan pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat kasar dan agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus dan agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
o Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh
o Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
o Tingkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
o Mistar pemadat
o Sekop
o Wadah baja yang cukup berbentuk silinder
Prosedur Pengerjaan
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah. Keringkan dengan oven, suhu pada oven (110±5)˚C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji. Setelah 24 jam, keluarkan agregat dari oven dan timbanglah beratnya.
2. Analisis Saringan Agregat Halus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Bahan yang digunakan adalah agregat halus, yaitu pasir, sedangkan peralatan yang digunakan adalah
o Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
o Seperangkat sarigan
o Alat pemisah (spittler)
o Mesin penggetar saringan
o Talam-talam
o Kuas, sikat kawat, dan sendok
Prosedur Percobaan
Saring agregat halus pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.
3. Analisis Saringan Agregat Kasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar, sedangkan peralatan yang digunakan adalah:
o Saringan ukuran 25, 19, 9,5, 4,75, 2,38
o Wadah dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang-guncangkan benda uji/air pencuci tidak tumpah
o Oven dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110±5)˚C
o Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
o Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat Sekop
Saring agregat kasar pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas dan paling kecil dibawah. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. Timbang berat agregat sesuai dengan saringannya masing-masing.
4. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat HalusPemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahna organik yang melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. Menurut persyaratan agregat halus ini tidak boleh melebihi batas yang diijinkan yang dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH (3%).
Bahan: agregat halus
Alat:
o Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak beraksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
o Standar warna (organik plate)
o Larutan NaOH (350 ml)
Prosedur Percobaan
Masukkan pasir ke dalam botol tembus pandang, tambahkan larutan NaOH 3% lalu kocok. setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol. Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan dengan warna di organik plate.
5. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.
Bahan: Agregat halus
Alat:
o gelas ukur
o alat pengaduk
Prosedur Percobaan
Contoh agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur. Lumpur dilarutkan dengan air yang ditambahkan kedalam gelas ukur. Gelas ukur dikocok agar pasir tercuci dari lumpur. Gelas ukur disimpan pada tempat yang datar dan dibiarkan selama 24 jam. Ukur tinggi pasir (V1)dan tinggi lumpur (V2) .
6. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
Bahan: Agregat
Alat:
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
-Oven yg bersuhu sampai 110,5oC
-Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji
Prosedur Percobaan
1. Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
2. Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.
3. Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
4. Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap
5. Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6. Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4- W1
7. Analisis Spesific Gravity Agregat Halus
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravitydan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128.
o Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
o Piknometer dengan kapasitas 500 gram
o Cetakan kerucut pasir
o Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
o Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah.
Prosedur Percobaan
1. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
2. Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
3. Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4. Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,130F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
5. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasipada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.
8. Analisis Spesific Gravity Agregat Kasar
Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific grafity dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127.
Alat dan bahan:
o Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 Kg
o Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
o Oven
o Handuk atau kain pel
o Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah. Butiran agregat lolos saringan no 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji
Prosedur Percobaan
1. Benda uji direndam selama 24 jam
2. Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggulungkan handuk pada butiran
3. Hitung berat contoh kondisi SSD = A
4. Contoh benda uji dimasukkan kekeranjang dan direndam kembali didalam air. Temperature air dijaga (73.4 ± 3)0F, dan kemudian ditimbang, setelah keranjang digoyang-goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh = B
5. Contoh dikeringkan pada temperature (212-130)0F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C
kegiatan diatas merupakan kegiatan saya dan kelompok saya lakukan saat melaksanakan praktikum beton yang pertama.
Langganan:
Postingan (Atom)